Kamis, 09 Agustus 2012

Memilih pasangan pakai logika atau hati?

Memutuskan menikah janganlah pada saat jatuh cinta, tapi pada saat sedang cinta. Bedanya ada pada penggunaan logika.

Pada saat jatuh cinta (biasanya dalam 6 bulan pertama pacaran) logika seperti lumpuh, segala sesuatu terlihat indah, bahkan berbagai kekurangan pasangan malah terlihat lucu dan menggemaskan. Setelah masa itu selesai, cinta yang ada mulai bisa diajak bicara dengan logika, sehingga penilaian akan sebuah hubungan bisa lebih rasional. Barulah niatan untuk memutuskan sebuah pernikahan bisa diambil dengan segala pertimbangan.


Agak unik saya membaca penilaian  terhadap pacar. Punya sifat dan cara berpikir bertolak belakang, banyak sifat yang tidak disuka, dan ragu dia bisa jadi pemimpin rumah tangga. Kira-kira apa yang dimilikinya sampai  bisa sangat cinta dan ingin menikah dengannya ya? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan logika dalam hati yang tenang penuh cinta. Bukan hanya cinta pada sang pacar, tapi juga cinta pada diri sendiri, keluarga, dan masa depan yang akan dihabiskan bersamanya.

Di sisi lain ada pria yang mapan, beragama baik, nyambung pikirannya, dewasa, dan bertanggung jawab. Pertanyaan saya sama, apa yang membuat anda tidak ada rasa dengannya ya? Apapun jawabannya, pernikahan memang tidak seharusnya dipaksakan.

Karena pernikahan tanpa cinta akan membuat hati tersiksa dalam kebersamaan yang tidak diinginkan.

Siapapun yang akan anda pilih (walau mungkin bukan keduanya), janganlah terburu-buru. Biarkan cinta bicara dengan logika. Tidak seseru saat jatuh cinta memang.

Tapi dalam hidup terkadang tidak seru itu perlu.


Stay In Love

Tidak ada komentar:

Posting Komentar